Barong Landung dan Asal Mula-nya


# Barong Landung dan Asal Mula-nya #


Sejarah dari Barong Landung merupakan perwujudan dari raja Bali yaitu Raja Jaya Pangus yang memperistrikan seorang Putri Cina bernama Kang Cing Wei. Raja Jaya Pangus diwujudkan dalam Barong Landung ditokohkan dengan boneka besar hitam dan giginya ronggoh, sedangkan putri Kang Cing Wei ditokohkan dengan boneka cantik tinggi langsing bermata sipit dan selalu tersenyum mirip dengan roman muka seorang Cina. Raja Jaya Pangus yang bertahta di Pejeng yang tidak diketahui di Bali pada jaman paparaton dari dinasti Warmadewa, didampingi oleh seorang Bhagawan yang sakti dan bijaksana bernama Empu Siwagana. Perkawinan Raja Jaya Pangus dengan Putri Cina sudah terjadi tetapi Sang Hyang Bhagawanta tidak merestui perkawinan itu. Sri Jaya Pangus dituduh telah melanggar adat yang sangat ditabukan saat itu, yakni telah dengan berani mengawini putri Cina yang elok bernama Kang Cing Wei itu. Empu Siwagana lalu menghukum Raja Jaya Pangus dengan membuat hujan lebat dan membuat kerajaan menjadi banjir dan tenggelam. Walaupun perkawinanya tidak direstui oleh Dewa, ia tetap mencintai istrinya seorang Cina itu. Raja Jaya Pangus akhirnya pergi dan membuat kerajaan baru yang diberi nama kerajaan Balingkang. Nama ini merupakan perpaduan dari kata Bali = bali, dan Kang = Cina. Raja kemudian dijuluki oleh rakyatnya sebagai Dalem Balingkang. Sayang, karena lama mereka tidak mempunyai keturunan, raja pun pergi ke Gunung Batur, memohon kepada dewa di sana agar dianugerahi anak. Namun celakanya, dalam perjalanannya ia bertemu dengan Dewi Danu yang jelita. Ia pun terpikat, kawin, dan melahirkan seorang anak lelaki yang sangat kesohor hingga kini yaitu Maya Danawa.

Sementara itu, Kang Cing Wei yang lama menunggu suaminya pulang, mulai gelisah, Ia bertekad menyusul ke Gunung Batur. Namun di sana, di tengah hutan belantara yang menawan, iapun terkejut manakala menemukan suaminya telah menjadi milik Dewi Danu. Ketiganya lalu terlibat pertengkaran sengit.

Dewi Danu dengan marah berapi-api menuduh sang raja telah membohongi dirinya dengan mengaku sebelumnya sebagai perjaka. Dengan kekuatan gaibnya, Dalem Balingkang dan Kang Cing Wei dilenyapkan dari muka bumi ini. Oleh rakyat yang mencintainya, kedua suami istri  “Dalem Balingkang dan Kang Cing Wei”  itu lalu dibuatkan patung yang dikenal dengan nama Stasura dan Bhati Mandul. Patung inilah kemudian berkembang menjadi Barong Landung.

Mengenai sejarah tari Barong Landung versi lainnya, pada jaman dahulu di suatu desa terjadi musibah, penduduk banyak yang jatuh sakit. Sebagai kepercayaan turun temurun bahwa yang menyebabkan banyak jatuh sakit adalah “leak” pengikut dari ratu jahat berbentuk raksasa besar dari Nusa Penida bernama Ratu Gde Mecaling. Untuk menanggulangi wabah tersebut timbul akal dari seorang pendeta untuk membuat boneka yang menyerupai Ratu Gde Mecaling sebagai pengusir leak tersebut. Apabila Barong Landung ini pergi ngelawang khususnya pada saat ada wabah penyakit atau ada orang berkaul karena telah sembuh dari penyakitnya, karena gangguan Ratu Gde Mecaling dari Nusa Penida dapat diusir. Melihat tari Barong Landung sebagai tarian boneka raksasa yang besar, diberi nama Djero Gde dan Djero Luh. Djero Gde digambarkan sebagai manusia raksasa yang sangat seram dan tertawa terbahak-bahak sedangkan Djero Luh adalah sesosok wanita yang besar bermata sipit tetapi sering lucu. Berdasarkan kepercayaan pada sejarah tersebut, keberadaan Barong Landung tetap hidup dan dipentaskan sampai saat ini. Barong Landung juga dikeramatkan di beberapa pura di Bali salah satunya di Desa Blahbatuh Gianyar karena diyakini mempunyai kemampuan gaib untuk mengusir malapetaka dari segala musibah penyakit.

Di beberapa tempat di Bali ada juga Barong Landung yang lebih lengkap dari pada yang hanya sepasang saja, tetapi ada yang diberi peran seperti Mantri, Galuh, Limbur dan sebagainya. Mereka dipakai sebagai anggota dalam pementasan yang membawakan lakon Arja (terutama didaerah Badung dan Denpasar) dan diiringi dengan gamelan Batel.

*Dari berbagai sumber

http://kevinabali.wordpress.com/2011/09/27/barong-landung/#more-423

###
 

# Barong Landung and its Origins #

History of Barong Landung embodies the Balinese king, King Jaya Pangus who marry a Chinese woman named Kang Wei Cing. King Jaya Pangus realized in Barong Landung ditokohkan with large black doll and her teeth ronggoh, while daughter Kang Wei Cing ditokohkan tall and slender with beautiful doll eyed and smiling countenance similar to the Chinese. King Jaya Pangus that reigned in Pejeng unknown in Bali at the time of the dynasty Warmadewa paparaton, accompanied by a powerful and wise Bhagavan who was named professor Siwagana. Marriage of King Jaya Pangus a Chinese woman has been happening but Sang Hyang Bhagawanta not approve the marriage. Sri Jaya Pangus accused of having violated customs very taboo at the time, which has been boldly marrying beautiful Chinese princess named Kang Wei Cing it. The professor then punish Raja Jaya Siwagana Pangus by making heavy rains and made the kingdom a flood and drowned. Perkawinanya Although not sanctioned by God, he still loves his wife a Chinese. King Jaya Pangus finally went and made a new kingdom called the kingdom Balingkang. The name is a combination of the word Bali = bali, and Kang = China. King then called by his people as Dalem Balingkang. Unfortunately, as long they do not have offspring, the king went to Mount Batur, appealed to the gods there to be awarded child. But unfortunately, the way he met a maiden goddess Danu. He was hooked, married, and gave birth to a boy who was very famous until now that Maya Danawa.
 
Meanwhile, Kang Wei Cing a long wait for her husband's home, getting restless, he was determined to catch up to Mount Batur. But there, in the middle of a charming wilderness, when he also was surprised to find her husband has belonged to Dewi Danu. The three then engage flare.
 
Dewi Danu fiery angrily accused the king had lied to him by claiming before as a virgin. With his magical powers, tradional Balingkang and Kang Wei Cing obliterated from the face of the earth. By the people who loved him, both husband and wife "Dalem Balingkang and Kang Wei Cing" was then created sculptures known as Bhati Stasura and Infertility. Sculpture is then developed into a Barong Landung.
 
Regarding the history of dance Barong Landung other versions, the antiquity in a village of the crash, many people are falling sick. As a hereditary belief that the fall caused a lot of pain is a "leak" followers of the evil queen in the form of a giant named Queen Gde Nusa Penida Mecaling. To overcome the common plague arises from a pastor to make a doll that resembles Queen Gde Mecaling leak such as a repellent. If this goes Barong Landung ngelawang especially when there is an outbreak of disease or someone professed having recovered from his illness, because disruption Gde Mecaling Queen of Nusa Penida can be expelled. Landung see Barong dance as a big giant doll dance, named Djero Gde and Djero Luh. Djero Gde described as the giants are very spooky and laughing out loud while Djero Luh is a major figure eyed woman but often amusing. Based on the belief that history, the existence of Barong Landung alive and staged to date. Barong Landung also sacred in some temples in Bali one of them in the village of Gianyar Blahbatuh because it is believed to have supernatural abilities to expel evil from every disaster disease.
 
In some places in Bali Barong Landung there is also more complete than the only pair alone, but some were given a role like Mantri, Galuh, Limbur and so on. They serve as members of the staging is bringing the play Arja (especially in areas of Badung and Denpasar) and accompanied by gamelan Batel.
 
* From various sources

Posting Komentar

0 Komentar